Jumat, 13 April 2012

Berdakwah Lewat Kartun


Penulis merupakan mahasiswa KPI FAI UMY
Nida’ur Rohmaniyah( 20100710010)

Buku memang tidak terlepas dari aktivitas baca dan tulis. Sedangkan membaca dan menulis adalah unsur utama dakwah yang memiliki legimitasi kuat dalam Alquran. Secara berurutan Allah memerintahkan baca dan tulis pada awal menurunkan alqur’an, dalam surat al-alaq, yang berbunyi “Iqra’ ” dan pada ayat ke empat di surat yang sama Allah menyatakan pengajaran kepada manusia melalui pena “al-qolam”, Di surat Al-Qolam, di awal surat tersebut kata buku-buku (mayasthurun) dan pena (al-qolam) oleh Allah dijadikan sebagai obyek sumpah untuk memperkuat kerasulan Muhammad SAW.
Allah bersumpah dengan buku dan pena karena keduanya memiliki ilmu pengetahuan yang luas. Ilmu pengetahuan sangatlah penting bagi umat Islam di seluruh dunia. Bahkan Allah mensejajarkan para ulama dengan ketajaman pedang para syuhada’ Karena buah pena ulama itulah Islam pernah menjadi mercusuar peradaban dunia. Produktivitas para ulama di masa itu sangat tinggi, sehingga karya-karyanya turut menuntun dunia Barat yang saat itu dirundung kegelapan menuju jalan pencerahan. Redupnya pamor umat Islam dewasa ini salah satunya karenanya keringnya tinta intelektual Islam.
Kartun (cartoon dalam Bahasa Inggris) berasal dari bahasa Italia, cartone, yang berarti kertas. Kartun pada mulanya adalah penamaan bagi sketsa pada kertas alot (stout paper) sebagai rancangan atau desain untuk lukisan kanvas atau lukisan dinding, gambar arsitektur, motif permadani, atau untuk gambar pada mozaik dan kaca. Namun seiring perkembangan waktu, pengertian kartun pada saat ini tidak sekadar sebagai sebuah gambar rancangan, tetapi juga bisa bersifat dan bertujuan tidak hanya sebagai humor tetapi  jugabisa  sebagai alat dakwah.
Lalu apa hubungannya kartun dengan dakwah?
Umat Islam mungkin belum menyadari bahwa sebenarnya kartun itu bisa di jadikan alat dakwah yang strategis. Kita tahu pada masa walisongo, ketika mereka menyebarkan ajaran Islam, pada waktu mereka juga menggunakan kartun yang berbentuk wayang, agar dakwah mereka bisa mengena dan di terima oleh masyarakat yang dulunya mereka memeluk agama Hindu dan Budha, ini merupakan salah satu stra tegi untuk berdakwah.
Kita tahu berdakwah tidak hanya melalui mimbar saja, kita bisa mengekspresikannya melalui berbagai cara, salah satunya melalui kartun ini, karena kita ketahui semua orang menyukai kartun, dari anak-anak hingga dewasa. Mungkin karena fungsi kartun yang strategis untuk penanaman nilai-nilai dan pesan yang mudah di terima.
Ada dua cara pendekatan dakwah yang islami dengan kartun, Pertama, langsung memakai atribut keislaman, ini cocok untuk kalangan yang sudah mapan keislamannya. Mungkin bagi mereka pesan-pesan yang disampaikan hendaknya bersifat tersirat, tetapi semangat dakwahnya tersembunyi. Dan yang kedua, mengumandangkan dakwah tetapi tanpa simbol-simbol baku, pesan-pesan yang akan disampaikan harus terselubung meskipun akhirnya mengena ke titik yang kita inginkan, judul dan tokoh hendaknya tidak berbau islam atau kearab-araban. Yang terpenting adalah pokok isi materinya.
Tetapi di sisi lain, banyak umat Islam yang enggan mengoleksi buku-buku yang mengandung unsur gambar, apalagi yang berbentuk kartun, mungkin dari beberapa orang  menganggap kartun itu melecehkan agama. Itu tergantung persepsi orang berbeda-beda. Tetapi jika kartun itu di maksudkan untuk mengangkat derajat agama apa itu juga salah? Padahal kita tahu kartun juga merupakan salah satu karya seni seperti kligrafi dsb, dan ketika di manfaatkan untuk hal-hal yang baik, bisa jadi malah menguntungkan bagi semua pihak.
.




2 komentar:

Unknown mengatakan...

kwkwkwkkwkwkw nice blog ..............

Unknown mengatakan...

biarkan tinta ini menari-nari....
hohohoho

Posting Komentar